Kata-kata itu sampai sekarang masih terngiang dikepalaku.
Aku baru menyadarinya kalau aku benar-benar kehilangan seorang Ayah. Jadi selama 19 tahun ini aku hanya menganggap bahwa bapak meninggalkanku sewaktu aku kecil dan aku sudah terbiasa dengan kehidupan tanpa seorang ayah. Ketika teman-teman ku mengetahui kalau aku sudah tidak punya seorang ayah, dan mereka mengasihaniku, aku hanya berkata "sudahlah, tak apa-apa. Toh aku sudah terbiasa dengan itu sejak kecil. Ya aku memang sudah terbiasa hidup tanpa seorang ayah. Mungkin, aku terlalu mendewakan ibu ku tapi memang ibu ku sangat hebat dalam soal "single parent". Beliau sudah sangat hebat dalam melakoni dua peran sekaligus. Mungkin, karena hal itulah aku menganggap kalau "kita" bisa hidup tanpa seorang ayah. Sudah 19 tahun bapak meninggalkan kita semua dan aku merasa "fine". Tapi hari ini, aku merasa semuanya tidak baik-baik saja ketika aku mendengar kata-kata itu. Semakin dewasa, aku harus mengakuinya kalau aku butuh bapak di sini. Nanti siapa yang akan dimintai restu oleh calon suamiku? Nanti siapa yang memarahiku kalau aku memilih keputusan yang salah? Nanti siapa yang menikahkan aku? Nanti siapa yang memarahi calon suamiku kalau dia tidak bisa membahagiakan aku? Aku pengen bapak semua yang melakukan itu untuk ku. Jujur, aku benci dengan kenyataan kenapa aku baru mulai menyadarinya sekarang ini. Aku pengen melihat bapak diam-diam menangis karena aku sudah milik orang lain. Aku pengen bapak diam-diam menangis karena "gadis baju merahnya" kini sudah dewasa, sudah bisa mandiri. Aku pengen bapak diam-diam menangis mendengar anaknya ini menangis karena disakiti laki-laki. Maafkan aku bapak, mungkin aku terlalu egois karena menginginkan hal seperti ini. Mungki ini hanya permintaan seorang gadis bodoh yang baru menyadari bahwa dia kehilangan seorang ayahnya. Maaf 😭😭
Semoga bapak melihat dan merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Dek ayik terus berdoa buat bapak. I love you and I miss you 😘😘.